Minggu, 21 Maret 2010

Apa beda "muslim" dengan "moslem"?

Konon, pemerintah AS ingin mencuba pendekatan berbeda dibanding yang sudah-sudah dalam menghadapi "musuh" mereka selama ini. Dunia muslim yang setelah kejadian 11/9 menjadi bagian lebih nyata apa yang sering kali disebut sebut sebagai ancaman bagi pemerintah AS dan dunia barat pada umumnya sering kali memberikan ketidaknyamanan penduduk muslim di seluruh dunia. Dan semakin keras tekanan dunia barat (khususnya AS) semakin gencar pula perlawanan yang di hadapi mereka. Namun padahal sering kali apa yang terjadi sekarang timbul dari ketidak fahaman mereka akan Dunia Islam.

Jadi, kembali ke kalimat pertama paragraf atas, AS menjajaki sebuah metode baru dalam mengerti dunia muslim yaitu dengan mencari tahu "apa yang membuat "Orang Islam" tertawa. Yah, paling tidak hal itu terjadi dalam sebuah film berjudul "Looking for Comedy in the Muslim World", seorang komedian atau dalam bahasa kita dikenal dengan pelawak diutus oleh pemerintahnya untuk bertandang selama sebulan ke India dan Pakistan dalam mencari tahu...apa sih yang membuat Orang Islam tertawa.

Namanya juga film, membuat pertanyaan kenapa bukan seorang profesor yang mumpuni dalam bidangnya di kirim ke sana? dijawab dengan mudah "siapa yang lebih mengerti tentang komedi daripada komedian itu sendiri, tidak peduli bahwa Si Komedian tidak memiliki background pendidikan dan pengalaman yang mungkin saja akan membantu dalam penelitiannya di India dan Pakistan".

Seperti seorang komedian lakukan, bagaimana caranya mencari tahu apa yang dapat membuat Orang Islam tertawa...ya comot aza satu dua orag di jalan dan tanyakan "apa yang membuat anda tertawa?". Tanpa kuisener, tape rekorder atau apa saja yang dapat merekam jawaban hanya sebuah notes dan seorang asisten dengan suksesnya dalam 2 hari mengumpulkan data sebanyak 1,5 halaman.

Jadi, apa sebenarnya yang membuat Orang Islam tertawa? maka untuk melengkapi tuntutan 498 setengah halaman lagi dalam laporannya kepada pemerintah AS si komedian mengadakan konser lawak di India yang hasilnya....gatot. Tak ada seorang pun dari 400-an penonton yang tertawa pada materi lawakannya. Tentunya perbedaan budaya menjadi penyebabnya banyak sekali cerita-cerita lucu yang di negara asalnya di anggap sukses mengocok perut namun ketika dihidangkan pada masyakarakat dengan budaya yang berbeda 180 derajat tidak akan berhasil. ... yah namanya juga pelawak bukan seorang ilmuwan.

Dalam film, dalam rangka mencari jawabannya, si komedian mengunjungi beberapa tempat yaitu...pinggir jalan, pusat keramain, pasar, tempat latihan yoga dan pelataran masjid. Tanpa pernah bertanya "apakah Anda muslim? sebelumnya si Brooks mencomot dan mencatat secara acak, padahal seperti judul film ini objek penelitiannya adalah Orang Muslim, bukan Orang Hindu, Orang Sikh atau mungkin saja Orang Kristen yang mana dari 1.080.264.388 (sensus 2005) penduduk di India, Orang Islam hanya sekitar 10 persennya atau 150 juta saja.

Film yang menggelitik, bagaimana banyak Orang Amerika tidak faham tentang kita (orang Islam) bahkan ada yang menyangka "muslim" adalah sebuah nama pabrik. Keingintahuan akan siapa dan apa sih sebenarnya Orang Islam menjadi semangat yang mewarnai film ini walau pada akhirnya tidak begitu jelas Orang Islam yang mana yang menjadi objek penelitiannya. Semangat film ini bahkan terasa sekali ketika saya membaca judul nya di mana kata "muslim" dipakai bukannya "moslem" seperti pada umumnya digunakan oleh Orang Barat/AS.

Jadi perbedaan muslim dengan "moslem" adalah.... *timur dan barat.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++


"timur dan barat kerap kali digunakan untuk menggambarkan dua dunia antara negara2 berkembang, mayoritas penduduknya non kristen (dalam hal ini Islam).
dan negara2 maju di AS dan benua Eropa.

- Fact tentang India di wikipedia

- Situs resmi filmnya

*** untuk melengkapi tulisan di atas saya kopas kan komentas adjie (d3saint.multiply) di blogspot mengenai film ini, berikut kata beliau :

nonton juga yah?
film ini memang menarik, bisa dilihat dari beragam sisi. Tapi film ini mampu membuat saya tertawa getir, yah karena ketika membeli film ini yang terbayang pertama adalah film ini pasti lucu banget... ternyata? komedi yang disajikan sangat getir, kita melihat apa yang sesungguhnya diniatkan sebagai cara baru pendekatan setelah 9/11 justru mendatangkan perang. Tidak disinggung di review, pertunjukan yang gagal total di India ternyata sukses besar di Pakistan.

Ya Brooks setelah melakukan pertunjukan di India mencoba membuat yang serupa di Pakistan kepada para komedian setempat.Tapi berhubung Brooks memasuki wilayah Pakistan secara ilegal (karena kecurigaan pihak pakistan maka visa tidak bisa keluar). Pihak intelejen kedua negara meningkatkan kewaspadaan di perbatasan, kemudian diikuti dengan gerakan militer di titik masuknya Brooks. Dan bisa diduga pada akhirnya perangpun pecah tepat ketika Brooks dipanggil pulang ke negaranya.

Pertanyaannya adalah, mengapa hal ini bisa terjadi? Dalam film bisa dilihat sindiran-sindiran Barat terhadap masyarakat Islam, seperti sikap mencurigai orang asing (Amerika dan India yang berbeda keyakinan, namun harus diperhatikan konteksnya adalah Kedua negara ini sudah menyimpan ketegangan semenjak dua negara itu merdeka-pen).

Oh ya Brooks sempat bertemu dengan orang-orang Al Jazeera yang merencanakan membuat sebuah sitkom. Kebetulan dia ditawari sebuah peran memerankan seorang Yahudi bodoh yang akan menjadi sumber kekonyolan (kebetulan dia juga keturunan Yahudi). Sebuah sindiran -bukan hanya buat orang Islam- tapi juga buat semua... bahwa kita seringkali menjadikan orang diluar kita sebagai bahan tertawaan.

Film ini satir, getir tapi itulah manusia dan kehidupannya. Namun bagus juga untuk sekedar membantu kita melihat diri sendiri dari kacamata orang lain. (sekedar menambahkan, mohon maaf kalau ada yang tidak berkenan)
adjie

0 komentar:

Posting Komentar