Setelah Allah s.w.t.menciptakan bumi dengan gunung-gunungnya,laut-lautannya dan tumbuh-tumbuhannya,menciptakan langit dengan mataharinya,bulan dan bintang-bintangnya yang bergemerlapan menciptakan malaikat-malaikatnya ialah sejenis makhluk halus yangdiciptakan untuk beribadah menjadi perantara antara Zat Yang Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para rasul dan nabinya maka tibalah kehendak Allah s.w.t. untuk menciptakan sejenis makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi memeliharanya menikmati tumbuh-tumbuhannya,mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang biak turun-temurun waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan baginya.
Kekhuatiran Para Malaikat.
Para malaikat ketika diberitahukan oleh Allah s.w.t. akan kehendak-Nya menciptakan makhluk lain itu,mereka khuatir kalau-kalau kehendak Allah menciptakan makhluk yang lain itu,disebabkan kecuaian atau kelalaian mereka dalam ibadah dan menjalankan tugas atau karena pelanggaran yang mereka lakukan tanpa disadari.Berkata mereka kepada Allah s.w.t.:"Wahai Tuhan kami!Buat apa Tuhan menciptakan makhluk lain selain kami,padahal kami selalu bertasbih,bertahmid,melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa henti-hentinya,sedang makhluk yang Tuhan akan ciptakan dan turunkan ke bumi itu,nescaya akan bertengkar satu dengan lain,akan saling bunuh-membunuh berebutan menguasai kekayaan alam yang terlihat diatasnya dan terpendam di dalamnya,sehingga akan terjadilah kerusakan dan kehancuran di atas bumi yang Tuhan ciptakan itu."
Allah berfirman,menghilangkan kekhuatiran para malaikat itu:
"Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku.Bila Aku telah menciptakannya dan meniupkan roh kepada nya,bersujudlah kamu di hadapan makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah,karena Allah s.w.t. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya."
Kemudian diciptakanlah Adam oleh Allah s.w.t.dari segumpal tanah liat,kering dan lumpur hitam yang berbentuk.Setelah disempurnakan bentuknya ditiupkanlah roh ciptaan Tuhan ke dalamnya dan berdirilah ia tegak menjadi manusia yang sempurna
.
Iblis Membangkang.
Iblis membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah seperti para malaikat yang lain,yang segera bersujud di hadapan Adam sebagai penghormatan bagi makhluk Allah yang akan diberi amanat menguasai bumi dengan segala apa yang hidup dan tumbuh di atasnya serta yang terpendam di dalamnya.Iblis merasa dirinya lebih mulia,lebih utama dan lebih agung dari Adam,karena ia diciptakan dari unsur api,sedang Adam dari tanah dan lumpur.Kebanggaannya dengan asal usulnya menjadikan ia sombong dan merasa rendah untuk bersujud menghormati Adam seperti para malaikat yang lain,walaupun diperintah oleh Allah.
Tuhan bertanya kepada Iblis:"Apakah yang mencegahmu sujud menghormati sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku?"
Iblis menjawab:"Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia.Engkau ciptakan aku dari api dan menciptakannya dari lumpur."
Karena kesombongan,kecongkakan dan pembangkangannya melakukan sujud yang diperintahkan,maka Allah menghukum Iblis dengan mengusir dari syurga dan mengeluarkannya dari barisan malaikat dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pd.dirinya hingga hari kiamat.Di samping itu ia dinyatakan sebagai penghuni neraka.
Iblis dengan sombongnya menerima dengan baik hukuman Tuhan itu dan ia hanya mohon agar kepadanya diberi kesempatan untuk hidup kekal hingga hari kebangkitan kembali di hari kiamat.Allah meluluskan permohonannya dan ditangguhkanlah ia sampai hari kebangkitan,tidak berterima kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu,bahkan sebaliknya ia mengancam akan menyesatkan Adam,sebagai sebab terusirnya dia dari syurga dan dikeluarkannya dari barisan malaikat,dan akan mendatangi anak-anak keturunannya dari segala sudut untuk memujuk mereka meninggalkan jalan yang lurus dan bersamanya menempuh jalan yang sesat,mengajak mereka melakukan maksiat dan hal-hal yang terlarang,menggoda mereka supaya melalaikan perintah-perintah agama dan mempengaruhi mereka agar tidak bersyukur dan beramal soleh.
Kemudian Allah berfirman kepada Iblis yang terkutuk itu:
"Pergilah engkau bersama pengikut-pengikutmu yang semuanya akan menjadi isi neraka Jahanam dan bahan bakar neraka.Engkau tidak akan berdaya menyesatkan hamba-hamba-Ku yang telah beriman kepada Ku dengan sepenuh hatinya dan memiliki aqidah yang mantap yang tidak akan tergoyah oleh rayuanmu walaupun engkau menggunakan segala kepandaianmu menghasut dan memfitnah."
Pengetahuan Adam Tentang Nama-Nama Benda.
Allah hendak menghilangkan anggapan rendah para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmat-Nya menunjuk Adam sebagai penguasa bumi,maka diajarkanlah kepada Adam nama-nama benda yang berada di alam semesta,kemudian diperagakanlah benda-benda itu di depan para malaikat seraya:"Cubalah sebutkan bagi-Ku nama benda-benda itu,jika kamu benar merasa lebih mengetahui dan lebih mengerti dari Adam."
Para malaikat tidak berdaya memenuhi tentangan Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka.Mereka mengakui ketidak-sanggupan mereka dengan berkata:"Maha Agung Engkau! Sesungguhnya kami tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu kecuali apa yang Tuhan ajakan kepada kami.Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana."
Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama itu kepada para malaikat dan setelah diberitahukan oleh Adam,berfirmanlah Allah kepada mereka:"Bukankah Aku telah katakan padamu bahawa Aku mengetahui rahsia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan."
Adam Menghuni Syurga.
Adam diberi tempat oleh Allah di syurga dan baginya diciptakanlah Hawa untuk mendampinginya dan menjadi teman hidupnya,menghilangkan rasa kesepiannya dan melengkapi keperluan fitrahnya untuk mengembangkan keturunan. Menurut cerita para ulamat Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam yang disebelah kiri diwaktu ia masih tidur sehingga ketika ia terjaga,ia melihat Hawa sudah berada di sampingnya.ia ditanya oleh malaikat:"Wahai Adam! Apa dan siapakah makhluk yang berada di sampingmu itu?"
Berkatalah Adam:"Seorang perempuan."Sesuai dengan fitrah yang telah diilhamkan oleh Allah kepadanya."Siapa namanya?"tanya malaikat lagi."Hawa",jawab Adam."Untuk apa Tuhan menciptakan makhluk ini?",tanya malaikat lagi.
Adam menjawab:"Untuk mendampingiku,memberi kebahagian bagiku dan mengisi keperluan hidupku sesuai dengan kehendak Allah."
Allah berpesan kepada Adam:"Tinggallah engkau bersama isterimu di syurga,rasakanlah kenikmatan yang berlimpah-limpah didalamnya,rasailah dan makanlah buah-buahan yang lazat yang terdapat di dalamnya sepuas hatimu dan sekehendak nasfumu.Kamu tidak akan mengalami atau merasa lapar,dahaga ataupun letih selama kamu berada di dalamnya.Akan tetapi Aku ingatkan janganlah makan buah dari pohon ini yang akan menyebabkan kamu celaka dan termasuk orang-orang yang zalim.Ketahuilah bahawa Iblis itu adalah musuhmu dan musuh isterimu,ia akan berusaha membujuk kamu dan menyeret kamu keluar dari syurga sehingga hilanglah kebahagiaan yang kamu sedang nikmat ini."
Iblis Mulai Beraksi.
Sesuai dengan ancaman yang diucapkan ketika diusir oleh allah dari Syurga akibat pembangkangannya dan terdorong pula oleh rasa iri hati dan dengki terhadap Adam yang menjadi sebab sampai ia terkutuk dan terlaknat selama-lamanya tersingkir dari singgahsana kebesarannya.Iblis mulai menunjukkan rancangan penyesatannya kepada Adam dan Hawa yang sedang hidup berdua di syurga yang tenteram, damai dan bahagia.
Ia menyatakan kepada mereka bahawa ia adalah kawan mereka dan ingin memberi nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan mengekalkan kebahagiaan mereka.Segala cara dan kata-kata halus digunakan oleh Iblis untuk mendapatkan kepercayaan Adam dan Hawa bahawa ia betul-betul jujur dalam nasihat dan petunjuknya kepada mereka.Ia membisikan kepada mereka bahwa.larangan Tuhan kepada mereka memakan buah-buah yang ditunjuk itu adalah karena dengan memakan buah itu mereka akan menjelma menjadi malaikat dan akan hidup kekal.Diulang-ulangilah bujukannya dengan menunjukkan akan harumnya bau pohon yang dilarang indah bentuk buahnya dan lazat rasanya.Sehingga pada akhirnya termakanlah bujukan yang halus itu oleh Adam dan Hawa dan dilanggarlah larangan Tuhan.
Allah mencela perbuatan mereka itu dan berfirman yang bermaksud: "Tidakkah Aku mencegah kamu mendekati pohon itu dan memakan dari buahnya dan tidakkah Aku telah ingatkan kamu bahawa syaitan itu adalah musuhmu yang nyata."
Adam dan Hawa mendengar firman Allah itu sedarlah ia bahawa mereka telah terlanggar perintah Allah dan bahawa mereka telah melakukan suatu kesalahan dan dosa besar.Seraya menyesal berkatalah mereka:"Wahai Tuhan kami! Kami telah menganiaya diri kami sendiri dan telah melanggar perintah-Mu karena terkena bujukan Iblis.Ampunilah dosa kami karena nescaya kami akan tergolong orang-orang yang rugi bila Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami."
Adam dan Hawa Diturunkan Ke Bumi.
Allah telah menerima taubat Adam dan Hawa serta mengampuni perbuatan pelanggaran yang mereka telah lakukan hal mana telah melegakan dada mereka dan menghilangkan rasa sedih akibat kelalaian peringatan Tuhan tentang Iblis sehingga terjerumus menjadi mangsa bujukan dan rayuannya yang manis namun berancun itu.
Adam dan Hawa merasa tenteram kembali setelah menerima pengampunan Allah dan selanjutnya akan menjaga jangan sampai tertipu lagi oleh Iblis dan akan berusaha agar pelanggaran yang telah dilakukan dan menimbulkan murka dan teguran Tuhan itu menjadi pengajaran bagi mereka berdua untuk lebih berhati-hati menghadapi tipu daya dan bujukan Iblis yang terlaknat itu.Harapan untuk tinggal terus di syurga yang telah pudar karena perbuatan pelanggaran perintah Allah,hidup kembali dalam hati dan fikiran Adam dan Hawa yang merasa kenikmatan dan kebahagiaan hidup mereka di syurga tidak akan terganggu oleh sesuatu dan bahawa redha Allah serta rahmatnya akan tetap melimpah di atas mereka untuk selama-lamanya.Akan tetapi Allah telah menentukan dalam takdir-Nya apa yang tidak terlintas dalam hati dan tidak terfikirkan oleh mereka. Allah s.w.t.yang telah menentukan dalam takdir-nya bahawa bumi yang penuh dengan kekayaan untuk dikelolanya,akan dikuasai kepada manusia keturunan Adam memerintahkan Adam dan Hawa turun ke bumi sebagai benih pertama dari hamba-hambanya yang bernama manusia itu.Berfirmanlah Allah kepada mereka:"Turunlah kamu ke bumi sebagian daripada kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain kamu dapat tinggal tetap dan hidup disan sampai waktu yang telah ditentukan."
Turunlah Adam dan Hawa ke bumi menghadapi cara hidup baru yang jauh berlainan dengan hidup di syurga yang pernah dialami dan yang tidak akan berulang kembali.Mereka harus menempuh hidup di dunia yang fana ini dengan suka dan dukanya dan akan menurunkan umat manusia yang beraneka ragam sifat dan tabiatnya berbeda-beda warna kulit dan kecerdasan otaknya.Umat manusia yang akan berkelompok-kelompok menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa di mana yang satu menjadi musuh yang lain saling bunuh-membunuh aniaya-menganianya dan tindas-menindas sehingga dari waktu ke waktu Allah mengutus nabi-nabi-Nya dan rasul-rasul-Nya memimpin hamba-hamba-Nya ke jalan yang lurus penuh damai kasih sayang di antara sesama manusia jalan yang menuju kepada redha-Nya dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.
Kisah Adam dalam Al-Quran.
Al_Quran menceritakan kisah Adam dalam beberapa surah di antaranya surah Al_Baqarah ayat 30 sehingga ayat 38 dan surah Al_A'raaf ayat 11 sehingga 25
Pengajaran Yang Terdapat Dari Kisah Adam.
Bahawasanya hikmah yang terkandung dalam perintah-perintah dan larangan-larangan Allah dan dalam apa yang diciptakannya kadangkala tidak atau belum dapat dicapai oelh otak manusia bahkan oleh makhluk-Nya yang terdekat sebagaimana telah dialami oleh para malaikat tatkala diberitahu bahawa Allah akan menciptakan manusia - keturunan Adam untuk menjadi khalifah-Nya di bumi sehingga mereka seakan-akan berkeberatan dan bertanya-tanya mengapa dan untuk apa Allah menciptakan jenis makhluk lain daripada mereka yang sudah patuh rajin beribadat, bertasbih, bertahmid dan mengagungkan nama-Nya.
Bahawasanya manusia walaupun ia telah dikurniakan kecergasan berfikir dan kekuatan fizikal dan mental ia tetap mempunyai beberapa kelemahan pada dirinya seperti sifat lalai, lupa dan khilaf.Hal mana telah terjadi pada diri Nabi Adam yang walaupun ia telah menjadi manusia yang sempurna dan dikurniakan kedudukan yang istimewa di syurga ia tetap tidak terhindar dari sifat-sifat manusia yang lemah itu.Ia telah lupa dan melalaikan peringatan Allah kepadanya tentang pohon terlarang dan tentang Iblis yang menjadi musuhnya dan musuh seluruh keturunannya, sehingga terperangkap ke dalam tipu daya dan terjadilah pelanggaran pertama yang dilakukan oleh manusia terhadap larangan Allah.
Bahawasanya seseorang yang telah terlanjur melakukan maksiat dan berbuat dosa tidaklah ia sepatutnya berputus asa dari rahmat dan ampunan Tuhan asalkan ia sedar akan kesalahannya dan bertaubat tidak akan melakukannya kembali.Rahmat allah dan maghfirah-Nya dpt mencakup segala dosa yang diperbuat oleh hamba-Nya kecuali syirik bagaimana pun besar dosa itu asalkan diikuti dengan kesedaran bertaubat dan pengakuan kesalahan.
Sifat sombong dan congkak selalu membawa akibat kerugian dan kebinasaan.Lihatlah Iblis yang turun dari singgahsananya dilucutkan kedudukannya sebagai seorang malaikat dan diusir oleh Allah dari syurga dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat kepada dirinya hingga hari Kiamat karena kesombongannya dan kebanggaaannya dengan asal-usulnya sehingga ia menganggap dan memandang rendah kepada Nabi Adam dan menolak untuk sujud menghormatinya walaupun diperintahkan oleh Allah s.w.t.
Kisah Habil Dan Qabil, putera Nabi Adam a.s.
Tatacara hidup suami isteri Adam dan Hawa di bumi mulai tertib dan sempurna tatkala Hawa bersedia untuk melahirkan anak-anaknya yang akan menjadi benih pertama bagi umat manusia di dunia ini.
Siti Hawa melahirkan kembar dua pasang.Pertama lahirlah pasangan Qabiel dan adik perempuannya yang diberi nama "Iqlima",kemudian menyusul pasangan kembar kedua Habiel dan adik perempuannya yang diberi nama "Lubuda".
Kedua orang tua,Nabi Adam dan Siti Hawa, menerima kelahiran keempat putera puterinya itu dengan senang dan gembira, walaupun Hawa telah menderita apa yang lumrahnya dideritai oleh setiap ibu yang melahirkan bayinya. Mereka meharapkan dari keempat anak pertamanya ini akan menurunkan anak cucu yang akan berkembang biak untuk mengisi bumi Allah dan menguasai sesuai dengan amanat yang telah dibebankan keatas bahunya.
Di bawah naungan ayah ibunya yang penuh cinta dan kasih sayang maka membesarlah keempat-empat anak itu dengan cepatnya melalui masa kanak-kanak dan menginjak masa remaja.Yang perempuan sesuai dengan qudrat dan fitrahnya menolong ibunya mengurus rumahtangga dan mengurus hal-hal yang menjadi tugas wanita,sedang yang laki-laki menempuhi jalannya sendiri mencari nafkah untuk memenuhi keperluan hidupnya.Qabiel berusaha dalam bidang pertanian sedangkan Habiel dibidang perternakan.
Penghidupan sehari-hari keluarga Adam dan Hawa berjalan tertib sempurna diliputi rasa kasih sayang saling cinta menyintai hormat menghormati masing-masing meletakkan dirinya dalam kedudukkan yang wajar si ayah terhadap isterinya dan putera-puterinya,si isteri terhadap suami dan anak-anaknya.Demikianlah pula pergaulan di antara keempat bersaudara berlaku dalam harmoni damai dan tenang saling bantu membantu hormat menghormati dan bergotong-royong.
Keempat Anak Adam Memasuki Alam Remaja.
Keempat putera-puteri Adam mencapai usia remaja dan mamasuki alam akil baligh di mana nafsu berahi dan syahwat serta hajat kepada hubungan kelamin makin hari makin nyata dan nampak pada gaya dan sikap mereka hal mana menjadi pemikiran kedua orang tuanya dengan cara bagaimana menyalurkan nasfu berahi dan syahwat itu agar terjaga kemurnian keturunan dan menghindari hubungan kelamin yang bebas di antara putera-puterinya.
Kepada Nabi Adam Allah memberi ilham dan petunjuk agar kedua puteranya dikahwinkan dengan puterinya.Qabiel dikahwinkan dengan adik habiel yang bernama Lubuda dan Habiel dengan adik Qabiel yang bernama Iqlima.
Cara yang telah diilham oleh Allahs.w.t. kepada Nabi Adam telah disampaikan kepada kedua puteranya sebagai keputusan si ayah yang harus dipatuhi dan segera dilaksanakan untuk menjaga dan mengekalkan suasana damai dan tenang yang meliputi keluarga dan rumahtangga mereka.Akan tetapi dengan tanpa diduga dan disangka rancangan yang diputuskan itu ditolak mentah-mentah oleh Qabiel dan menyatakan bahawa ia tidak mahu mengahwini Lubuda, adik Habiel dengan mengemukakan alasan bahawa Lubuda adalah buruk dan tidak secantik adiknya sendiri Iqlima.Ia berpendapat bahawa ia lebih patut mempersunting adiknya sendiri Iqlima sebagai isteri dan sekali-kali tidak rela menyerahkannya untuk dikahwinkan oleh Habiel.Dan memang demikianlah kecantikan dan keelokan paras wanita selalu menjadi fitnah dan rebutan lelaki yang kadang-kadang menjurus kepada pertentangan dan permusuhan yang sampai mengakibatkan hilangnya nyawa dan timbulnya rasa dendam dan dengki diantara sesama keluarga dan sesama suku.
Kerana Qabiel tetap berkeras kepala tidak mahu menerima keputusan ayahnya dan meminta supaya dikahwinkan dengan adik kembarnya sendiri Iqlima maka Nabi Adam seraya menghindari penggunaan kekerasan atau paksaan yang dapat menimbulkan perpecahan di antara saudara serta mengganggu suasana damai yang meliputi keluarga beliau secara bijaksana mengusulkan agar menyerahkan masalah perjodohan itu kepada Tuhan untuk menentukannya.Caranya ialah bahawa masing-masing dari Qabiel dan Habiel harus menyerahkan qurban kepada Tuhan dengan catatan bahawa barangsiapa di antara kedua saudara itu diterima qurbannya ialah yang berhad menentukan pilihan jodohnya.
Qabiel dan Habiel menerima baik jalan penyelesaian yang ditawarkan oleh ayahnya.Habiel keluar dan kembali membawa peliharaannya sedangkan Qabiel datang dengan sekarung gandum yang dipilih dari hasil cucuk tanamnya yang rusak dan busuk kemudian diletakkan kedua qurban itu kambing Habiel dan gandum Qabiel diatas sebuah bukit lalu pergilah keduanya menyaksikan dari jauh apa yang akan terjadi atas dua jenis qurban itu.
Kemudian dengan disaksikan oleh seluruh anggota keluarga Adam yang menanti dengan hati berdebar apa yang akan terjadi di atas bukit dimana kedua qurban itu diletakkan, terlihatlah api besar yang turun dari langit menyambar kambing binatang qurbannya Habiel yang seketika itu musnah ternakan oleh api sedang karung gandum kepunyaan Qabiel tidak tersentuh sedikit pun oleh api dan tetap tinggal utuh.
Maka dengan demikian keluarlah Habiel sebagai pemenang dalam pertaruhan itu karena qurbannya kambing telah diterima oleh Allah sehingga dialah yang mendapat keutamaan untuk memilih siapakah di antara kedua gadis saudaranya itu yang akan dipersuntingkan menjadi isterinya.
Pembunuhan Pertama Dalam Sejarah Manusia.
Dengan telah jatuhnya keputusan dari langit yang menerima qurban Habiel dan menolak qurban Qabiel maka pudarlah harapan Qabiel untuk mempersuntingkan Iqlima.Ia tidak puas dengan keputusan itu namun tidak ada jalan untuk menolaknya. Ia menyerah dan menerimanya dengan rasa kesal dan marah sambil menaruh dendam terhadap Habiel yang akan dibunuhnya di kala ketiadaan ayahnya.
Ketika Adam hendak berpergian dan meninggalkan rumah beliau mengamanahkan rumahtangga dan keluarga kepada Qabiel. Ia berpesan kepadanya agar menjaga baik-baik ibu dan saudara-saudaranya selama ketiadaannya.Ia berpesan pula agar kerukunan keluarga dan ketenangan rumahtangga terpelihara baik-baik jangan sampai terjadi hal-hal yang mengeruhkan suasana atau merusakkan hubungan kekeluargaan yang sudah akrab dan intim.
Qabiel menerima pesanan dan amanat ayahnya dengan kesanggupan akan berusaha sekuat tenaga menyelenggarakan amanat ayahnya dengan sebaik-baiknya dan sesempurna berpergiannya akan mendapat segala sesuatu dalam keadaan baik dan menyenangkan.Demikianlah kata-kata dan janji yang keluar dari mulut Qabiel namun dalam hatinya ia berkata bahawa ia telah diberi kesempatan yang baik untuk melaksanakan niat jahatnya dan melepaskan rasa dendamnya dan dengkinya terhadap Habiel saudaranya.
Tidak lama setelah Adam meninggalkan keluarganya datanglah Qabiel menemui Habiel di tempat penternakannya.Berkata ia kepada Habiel:"Aku datang ke mari untuk membunuhmu.Masanya telah tiba untuk aku lenyapkan engkau dari atas bumi ini."
"Apa salahku?"tanya Habiel.Dengan asalan apakah engkau hendak membunuhku?"
Qabiel berkata:"Ialah karena qurbanmu diterima oleh Allah sedangkan qurbanku ditolak yang bererti bahawa engkau akan mengahwini adikku Iqlima yang cantik dan molek itu dan aku harus mengahwini adikmu yang buruk dan tidak mempunyai gaya yang menarik itu."
Habiel berkata:"Adakah berdosa aku bahawa Allah telah menerima qurbanku dan menolak qurbanmu?Tidakkah engkau telah bersetuju cara penyelesaian yang diusulkan oleh ayah sebagaimana telah kami laksanakan?Janganlah tergesa-gesa wahai saudaraku, mempertaruhkan hawa nasfu dan ajakan syaitan! Kawallah perasaanmu dan fikirlah masak-masak akan akibat perbuatanmu kelak! Ketahuilah bahawa Allah hanya menerima qurban dari orang-orang yang bertakwa yang menyerahkan dengan tulus ikhlas dari hati yang suci dan niat yang murni.Adakah mungkin sesekali bahawa qurban yang engkau serahkan itu engkau pilihkannya dari gandummu yang telah rusak dan busuk dan engkau berikan secara terpaksa bertentangan dengan kehendak hatimu, sehingga ditolak oleh Allah, berlainan dengan kambing yang aku serahkan sebagai korban yang sengaja aku pilihkan dari perternakanku yang paling sihat dan kucintai dan ku serahkannya dengan tulus ikhlas disertai permohonan diterimanya oleh Allah.
Renungkanlah, wahai saudaraku kata-kataku ini dan buangkanlah niat jahatmu yang telah dibisikkan kepadamu oleh Iblis itu, musuh yang telah menyebabkan turunnya ayah dan ibu dari syurga dan ketahuilah bahawa jika engkau tetap berkeras kepala hendak membunuhku, tidaklah akan aku angkat tanganku untuk membalasmu karena aku takut kepada Allah dan tidak akan melakukan sesuatu yang tidak diredhainya.Aku hanya berserah diri kepada-Nya dan kepada apa yang akan ditakdirkan bagi diriku."
Nasihat dan kata-kata mutiara Habiel itu didengar oleh Qabiel namun masuk telinga kanan keluar telinga kiri dan sekali-kali tidak sampai menyentuh lubuk hatinya yang penuh rasa dengki, dendam dan iri hati sehingga tidak ada tempat lagi bagi rasa damai, cinta dan kasih sayang kepada saudara sekandungnya. Qabiel yang dikendalikan oleh Iblis tidak diberinya kesempatan untuk menoleh kebelakang mempertimbangkan kembali tindakan jahat yang dirancangkan terhadap saudaranya, bahkan bila api dendam dan dengkin didalam dadanya mulai akan padam dikipasinya kembali oleh Iblis agar tetap menyala-yala dan ketika Qabiel bingung tidak tahu bagaimana ia harus membunuh Habiel saudaranya, menjelmalah Iblis dengan seekor burung yang dipukul kepalanya dengan batu sampai mati. Contoh yang diberikan oleh Iblis itu diterapkannya atas diri Habiel di kala ia tidur dengan nyenyaknya dan jatuhlah Habiel sebagai kurban keganasan saudara kandungnya sendiri dan sebagai kurban pembunuhan pertama dalam sejarah manusia
Penguburan Jenazah Habiel.
Qabiel merasa gelisah dan bingung menghadapi mayat saudaranya.ia tidak tahu apa yang harus diperbuat dengan tubuh saudaranya yang semakin lama semakin busuk itu.Diletakkannyalah tubuh itu di sebuah peti yang dipikulnya seraya mundar-mundir oleh Qabiel dalam keadaan sedih melihat burung-burung sedang berterbangan hendak menyerbu tubuh jenazah Habiel yang sudah busuk itu.
kebingungan dan kesedihan Qabiel tidak berlangsung lama karena ditolong oleh suatu contoh yang diberikan oleh Tuhan kepadanya sebagaimana ia harus menguburkan jenazah saudaranya itu.Allah s.w.t. Yang Maha Pengasih lagi Maha Bijaksana, tidak rela melihat mayat hamba-Nya yang soleh dan tidak berdosa itu tersia-sia demikian rupa, maka dipertujukanlah kepada Qabiel, bagaimana seekor burung gagak menggali tanah dengan kaki dan paruhnya, lalu menyodokkan gagak lain yang sudah mati dalam pertarungan, ke dalam lubang yang telah digalinya, dan menutupi kembali dengan tanah.Melihat contoh dan pengajaran yang diberikan oleh burung gagak itu, termenunglah Qabiel sejenak lalu berkata pada dirinya sendiri:"Alangkah bodohnya aku, tidakkah aku dapat berbuat seperti burung gagak itu dan mengikuti caranya menguburkan mayat saudaraku ini?"
Kemudian kembalilah Adam dari perjalanan jauhnya.Ia tidak melihat Habiel di antara putera-puterinya yang sedang berkumpul.Bertanyalah ia kepada Qabiel:"Di manakah Habiel berada?Aku tidak melihatnya sejak aku pulang."
Qabiel menjawab:"Entah, aku tidak tahu dia ke mana! Aku bukan hamba Habiel yang harus mengikutinya ke mana saja ia pergi."
Melihat sikap yang angkuh dan jawapan yang kasar dari Qabiel, Adam dapat meneka bahawa telah terjadi sesuatu ke atas diri Habiel, puteranya yang soleh, bertakwa dan berbakti terhadap kedua orang tuanya itu.Pada akhirnya terbukti bahawa Habiel telah mati dibunuh oleh Qabiel sewaktu peninggalannya.Ia sangat sesal di atas perbuatan Qabiel yang kejam dan ganas itu di mana rasa persaudaraan, ikatan darah dan hubungan keluarga diketepikan sekadar untuk memenuhi hawa nafsu dan bisikan yang menyesatkan.
Menghadapi musibah itu, Nabi Adam hanya berpasrah kepada Allah menerimanya sebagai takdir dan kehendak-Nya seraya mohon dikurniai kesabaran dan keteguhan iman baginya dan kesedaran bertaubat dan beristighfar bagi puteranya Qabiel.
Kisah Qabiel dan Habiel Dalam Al-Quran.
Al-Quran mengisahkan cerita kedua putera Nabi Adam ini dalam surah"Al-Maaidah" ayat 27 sehingga ayat 32 .
Pengajaran Dari Kisah Putera Nabi Adam A.S.
Bahawasanya Allah s.w.t. hanya menerima qurban dari seseorang yang menyerahkannya dengan tulus dan ikhlas, tidak dicampuri dengan sifat riyak, takabur atau ingin dipuji.Barang atau binatang yang diqurbankan harus yang masih baik dan sempurna dan dikeluarkannya dari harta dan penghasilan yang halal.Jika qurban itu berupa binatang sembelihan, harus yang sihat, tidak mengandungi penyakit atau pun cacat, dan jika berupa bahan makanan harus yang masih segar baik dan belum rusak atau busuk.
Bahawasanya penyelesaian jenazah manusia yang terbaik adalah dengan cara penguburan sebagaimana telah diajarkan oleh Allah kepada Qabiel.itulah cara paling sesuai dengan martabat manusia sebagai makhluk yang dimuliakan dan diberi kelebihan oleh Allah di atas makhluk-makhluk lainnya, menurut firman Allah dalam surah "Al-Isra" ayat 70 yang bererti ; "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.Kami angkut mereka di daratan dan di lautan.Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan."
Selasa, 07 April 2009
Kisah Nabi Adam a.s.
Jumat, 03 April 2009
Dijenguk Sahabat Nabi
Kepada Syaikh Ahmad aku berikan surat Noura untuk beliau baca. Jamaah shalat shubuh sudah banyak yang pulang. Kecuali beberapa kakek-kakek yang beri’tikaf dan membaca Al-Qur’an menunggu sampai waktu dhuha tiba. Aku diajak Syaikh Ahmad masuk ke dalam kamar imam. Aku memohon kepada beliau untuk memperlakukan gadis itu dengan lebih baik dan bijak. Aku memohon kepada beliau agar gadis itu jangan dicela atas apa yang ditulis dan dilakukannya. Gadis itu memang sedikit berbohong ketika mengatakan surat itu ucapan terima kasih semata. Gadis itu perlu dikokohkan semangat hidupnya dan diyakinkan dia tidak akan mendapatkan perlakuan buruk lagi. Dia akan aman di Mesir. Syaikh Ahmad membaca surat itu dan menitikkan air mata.
“Akan aku minta kepada Ummu Aiman untuk mencurahkan perhatian yang lebih padanya. Dia memang memerlukan rasa aman dan kasih sayang yang selama ini hilang. Dan dia sepertinya belum merasa yakin dia akan mendapatkan rasa aman dan kasih sayang di sini.” Syaikh Ahmad berjanji akan menyelesaikan masalah Noura sebaik- baiknya dan meminta diriku agar tidak terganggu dan konsentrasi pada tesis. Dan surat Noura itu aku berikan pada Syaikh. Aku tidak mau menyimpannya. Baru aku pulang.
Sampai di rumah aku baca Al-Qur’an satu halaman. Aku ingin memejamkan mata setengah jam saja. Aku pesan pada Saiful agar membangunkan aku sampai aku benar-benar bangun pada pukul setengah tujuh.
Pukul setengah tujuh aku dibangunkan. Kerikil di mata belum sepenuhnya hilang. Aku mandi. Sarapan belum jadi. Aku mempersiapkan segalanya untuk pergi. Jawaban untuk Alicia. Proposal tesis. Dan disket berisi naskah terjemahan. Karena perjalanan panjang aku harus berangkat pagi. Di metro aku tidak dapat tempat duduk. Metro penuh oleh orang-orang yang berangkat kerja. Turun di Tahrir aku langsung mencari Eltramco menuju Hayyu Sabe. Tujuanku adalah @lfenia. Warnet yang dikelola teman-teman mahasiswa dari Indonesia. Pukul delapan aku sampai di sana. Bertemu Furqon, penjaga warnet yang sudah seperti saudara sendiri. Furqon memelukku dan berkata, “Pucat sekali sampean Mas. Begadang ya?”
Aku menganggukkan kepala. Furqon mempersilakan aku memilih sendiri tempat yang kuinginkan. Hanya ada tiga orang yang sedang berlayar di dunia maya. Aku memilih yang paling dekat dari tempatku berdiri. Membuka Yahoomail. Mengirim naskah terjemahan dengan attachment. Membuka beberapa message di mailist Mutarjim, Qahwaji, dan Indonesia Cinta Damai. Melihat Ahram, Time, Republika, Media Indonesia, Suara Merdeka dan Islam-online. Satu jam aku di @lfenia. Furqan menyuguhkan segelas teh Arousa. Teh paling merakyat di Mesir. Jika dibuat kental dan minum masih dalam keadaan agak panas pelan-pelan. Sruput demi sruput. Teh Arousa mampu meringankan kepala yang berat dan menyegarkan pikiran. Dari @lfenia aku langsung naik bis 926 menuju kampus Al Azhar di Maydan Husein. Kuserahkan proposal tesiskepada Syuun Thullab Dirasat Ulya Fakultas Ushuluddin. Aku merasa aku akan terlambat sampai di National Library. Aku kontak Aisha memberitahukan posisi keberadaanku dan meminta mereka menunggu jika aku terlambat.
Benar aku terlambat sepuluh menit. Aku minta maaf. Kukeluarkan jawaban atas pertanyaan Alicia yang telah kujilid.
“Semua pertanyaan tentang perempuan dalam Islam saya jawab dalam empat puluh halaman. Pertanyaan lainnya saya jawab dengan menerjemahkan buku yang ditulis oleh Prof.Dr. Abdul Wadud Shalabi.”
Alicia dan Aisha berdecak kaget dan gembira atas keseriusanku. Aku jelaskan siapa sebenarnya yang menerjemahkan buku Prof. Shalabi ke dalam bahasa Inggris. Sahamku dalam terjemahan itu hanyalah membaca ulang dan mengoreksinya serta menerjemahkan hadits dan melengkapi terjemahan Al- Qur’an yang ditinggalkan Maria. Korektor akhir atas semuanya adalah Syaikh Ahmad Taqiyyuddin. Lalu kami berdiskusi selama dua jam setengah. Saat berdiskusi aku merasa badanku terasa meriang sekali. Kepalaku berat tapi aku tahan dan aku kuat-kuatkan. Alicia minta data diriku dan alamat lengkapku. Dua hari lagi rencananya ia akan kembali ke Amerika. Aisha berkata suatu saat nanti akan mengajak diriku untuk berdiskusi lagi. Kami berpisah. Di luar gedung terik panas benar-benar menggila. Aku naik metro. Sampai di Maadi setengah tiga.Aku belum shalat. Terpaksa aku turun untuk shalat di masjid yang ada di luar mahattah.
Aku meneruskan perjalanan. Ubun-ubun kepalaku terasa sangat nyeri. Di Tura El-Esmen badai panas bergulung menebar debu ke dalam metro. Sangat tidak nyaman. Turun di Hadayek Helwan aku merasa tidak kuat untuk berjalan ke apartemen. Aku panggil taksi. Kepalaku nyeri sekali. Tubuh seperti remuk. Aku lupa belum sarapan sejak pagi. Sampai di halaman apartemen aku sempat melihat jam tangan. Pukul tiga seperempat. Kepalaku seperti ditusuk tombak berkarat. Sangat sakit. Begitu membuka pintu rumah aku merasa tidak kuat melangkahkan kaki. Kepala terasa seperti digencet palu godam. Lalu aku tidak tahu apa yang terjadi. Mataku menangkap kilatan cahaya putih lalu gelap.
* * *
Dalam keremangan gelap aku melihat ada cahaya. Perlahan aku membuka mata. Aku melihat langit-langit berwarna putih. Bukan langit-langit kamarku. Langit-langit kamarku biru muda. Kepalaku masih berat.
“Alhamdulillah. Kau sudah tersadar Mas,” suara Saiful serak. Aku memandang wajahnya.
“A..aku di…di mana?” lidahku terasa kelu sekali.
“Di rumah sakit Mas,” lirih Saiful.
“Kenapa?”
“Sudah lah Mas istirahat dulu. Jangan memikirkan apa-apa dulu.” Kepalaku terasa nyeri kembali. Aku berusaha berpikir, mengingat-ingat apa yang terjadi padaku sehingga ada di rumah sakit ini. Perjalanan melelahkan, kepanasan dengan perut kosong. Membuka pintu dengan kepala sakit luar biasa seperti dihantam palu godam. Lalu gelap. Saiful menatapku dengan mata berkaca.
“Jam be..berapa?” tanyaku padanya.
“Setengah tiga malam Mas.”
Aku teringat belum shalat Ashar, Maghrib dan Isya. Aku ingin bangkit tapi seluruh tubuhku terasa lumpuh. Kepalaku tiba-tiba terasa sakit sekali.
“Aduuh! Astaghfirullah!” aku menahan sakit tiada terkira.
“Kenapa Mas?”
Semuanya kembali terasa gelap. Aku berlayar dalam gelap dan keheningan. Mengarungi dunia yang tiada aku tahu namanya. Aku mendengar suara magic Syaikh Utsman Abdul Fattah. Fahri, baca surat Al Anbiya! Kubaca surat Al Anbiya. Teruskan Surat Al Hajj, pakai qiraah Imam Warasy.82 Aku membaca dengan qiraah Warasy sampai selesai. Semuanya gelap kembali. Aku tidak mendengar apa tidak melihat apa-apa. Aku kembali mendengar suara Syaikh Utsman, beliau membaca surat Al Furqan dengan qiraah Imam Hamzah aku mendengar dengan seksama kefasihan tajwidnya. Sampai ayat enam puluh lima beliau membaca dengan menangis tersedu-sedu. Aku ikut menangis. Beliau tiada kuasa untuk melanjutkannya. Aku membacanya dan melanjutkannya dengan qiraah yang sama. Selesai. Syaikh Utsman meminta aku meneruskan satu surat lagi. Aku memenuhi titah beliau, kubaca surat Asy Syuara. Sampai pada ayat seratus delapan puluh empat daun telingaku menangkap suara isak tangis sayup- sayup. Aku merasa ada sentuhan halus di pipiku. Aku mengerjapkan mataku.
82 Imam Warasy, seorang Imam Qiraah yang terkenal, mengambil qiraahnya dari Imam Nafi bin Abdurrahman Al-Madani yang mengambil qiraah dari Imam Abu Ja’far Al-Qari dan tujuh puluh tabiin. Dan mereka semua mengambil qiraah dari Ibnu Abbas dan Abu Hurairah dari Ubay bin Kaab dari Rasulullah Saw.
“Fahri, kau sudah sadar Fahri. Kau bangun Fahri. Ini aku,” suara halus perempuan. Aku coba membuka mata lebih lebar. Semakin terang. Aku melihat wajah putih bersih. Dia duduk di kursi dekat dengan dadaku
“Ma..Maria?!” aku memanggil namanya, tapi cuma bibirku yang kurasa bergerak tanpa suara.
“Ya aku Maria,” ia mendekatkan wajahnya ke wajahku.
“Astaghfirullah!” lirihku.
“Ada apa Fahri?”
“Ma..mana Saiful?”
“Sedang keluar, dia kusuruh sarapan.”
“Jam berapa?”
“Jam delapan pagi.”
Maria tiada berkedip memandangi diriku yang terbujur tiada berdaya seperti bayi. Matanya berkaca-kaca, hidungnya memerah dan pipinya basah.
“Kenapa kau kemari, Maria?”
“Aku ingin tahu keadaanmu. Aku mencemaskanmu.”
“Kau menangis Maria?”
“Kau membuatku menangis Fahri. Kau mengigau terus dengan bibir bergetar membaca ayat-ayat suci. Wajahmu pucat. Air matamu meleleh tiada hento. Melihat keadaanmu itu apa aku tidak menangis,” serak Maria sambil tangan kanannya bergerak hendak menyentuh pipiku yang kurasa basah.
“Jangan Maria tolong, ja..jangan sentuh!”
“Maaf, aku lupa. Keadaan haru sering membuat orang lupa.”
Aku melihat di samping kiriku ada tiang besi putih, ada tabung infus tergantung di sana. Di bawah tabung ada selang kecil mengalirkan air infus ke dalam nadi tangan kiriku. Air infus terus menetes seperti embun di musim penghujan. Aku kembali merasakan nyeri dalam tempurung kepalaku. Seperti ada ratusan paku menacam. Aku berusaha menahan dengan memejamkan mata dan otot rahang menegang. Tak kuat juga aku mengaduh, meskipun lirih.
“Ada apa Fahri, apa yang kau rasakan?” suara Maria serak.
“Kepalaku nyeri sekali.”
“Biar kupanggilkan petugas,” telingaku menangkap suara langkah kaki Maria. Tak lama kemudian ia datang dengan seorang dokter lelaki. Dokter itu memasang menempelkan tangannya di keningku. Memeriksa tekanan darahku. Memasang termometer sebesar pena di ketiakku. Dan dengan suara yang lembut menanyai apa yang kurasakan serta membesarkan hatiku. Ia mengambil termometer dan melihatnya. Lalu menuliskan sesuatu di dalam berkas yang di bawanya. Kemudian menyuntikkan sesuatu lewat jarum selang infus yang menancap di tangan kiriku.
“Suntikan untuk meredakan rasa sakit. Kau akan cepat sembuh,” kata dokter itu. Maria mengamati dengan seksama apa yang dilakukan dokter itu padaku. Ia berdiri di samping ranjang. Rambutnya yang hitam terkucir rapi. Setelah mendapat suntikan itu rasa sakit di kepalaku terasa mulai berkurang. Saiful datang tepat saat dokter setengah baya yang mengenalkan dirinya bernama Ramzi Shakir itu hendak pergi. Saiful menyalami dokter Ramzi dan berbincang sebentar dengannya. Maria duduk di kursi di samping ranjang. Saiful mendekat. Ia mengucapkan salam dan tersenyum.
“Maria, boleh aku bicara empat mata dengan Saiful?” lirihku pada Maria.
Maria mengangguk dan melangkah keluar. Ia tidak membawa serta tas kecilnya.
“Saif, kenapa kau tinggalkan aku sendirian dengan Maria? Kenapa dia yang menunggui aku? Dia bukan mahramku.” Aku memaksakan diri untuk bersuara agak keras. Saiful sepertinya tahu kalau aku marah dan tidak berkenan.
“Maafkan saya Mas. Keadaannya darurat. Aku belum tidur sama sekali semalam dan perutku perih sekali. Kebetulan Maria datang,” jawabnya.
“Teman-teman yang lain mana?” Saiful lalu menceritakan kejadian itu.
“Saat Mas pulang dan terjatuh tak sadarkan diri di pintu, yang ada di rumah cuma saya seorang. Saya langsung mengontak Mishbah yang saat itu ada di Wisma agar pulang. Sedangkan Hamdi dan Rudi, hari itu sedang dalam perjalanan ikut rihlah83 ke Luxor yang diadakan Majlis A’la. Mereka tidak mungkin dihubungi. Saya bingung, saya naik ke atas. Untung saat itu Yousef dan Maria ada. Maria langsung menelpon mamanya, Madame Nahed, yang sedang kerja di Rumah Sakit Maadi. Madame Nahed meminta pada Maria agar seketika itu juga membawa Mas Fahri ke rumah sakit. Madame Nahed mengurusi semuanya dan memilihkan kamar kelas satu. Dia juga yang memilihkan dokter. Madame Nahed tidak bisa langsung menanganimu sebab dia dokter spesialis anak. Mas tak sadarkan diri dalam waktu yang lama sekali. Mas baru sadar jam setengah tiga malam. Setelah itu tak sadarkan diri lagi. Mishbah sampai di rumah sakit jam lima sore ikut menunggui sampai jam satu malam. Saya dan Mishbah sepakat membuat jadwal. Malam itu saya minta Mishbah istirahat di rumah, karena dia terlihat sangat kelelahan. Dan saya minta dia datang pukul sembilan pagi untuk gantian jaga. Pukul setengah delapan tadi Maria datang tepat ketika saya merasakan perut ini sedemikian perih karena sejak sore kemarin belum kemasukan apa-apa. Melihat wajah saya pucat Maria minta saya keluar keluar untuk makan dan membersihkan badan. Jadilah Maria menjaga Mas sendirian.”
Mendengar cerita itu aku maklum adanya. Saiful berjanji akan menjaga diriku sebaik-baiknya bergantian dengan Mishbah. Dan tidak akan membiarkan diriku dijaga oleh orang lain.
83 rekreasi.
Maria mengetuk pintu minta izin masuk. Aku minta Saiful untuk mempersilakan dia masuk. Maria datang dengan menenteng kantong plastik putih. Ia duduk dan mengeluarkan isinya; satu botol air mineral, satu kotak susu Juhayna isi satu kilo, satu kotak ashir mangga, sebungkus roti tawar, satu kaleng vitrac rasa strawberry, satu kaleng cokelat, sekotak keju president, dan satu kotak tissue meja. Ia menatanya di atas meja yang masih kosong tidak ada apa-apa. Maria menawariku makan atau minum. Aku sama sekali tidak berselera. Ia mengambil selembar roti tawar, mengoleskan keju dan cokelat dan menutupnya dengan selembar roti tawar di atasnya dan menyerahkan pada Saiful. Saiful tidak bisa menolaknya. Maria kembali mengambil roti tawar. Kali ini untuk dirinya. Lalu ia mengambil dua gelas dan bertanya pada Saiful mau minum apa. Saiful menjawab, air putih saja. Maria menuangkan air mineral ke dalam gelas dan menyerahkan pada Saiful. Ia sendiri menuangkan ashir mangga.
Kudengar mereka berdua berbincang sambil makan roti. Saiful mengucapkan rasa terima kasih atas kebaikan Maria. Dengan sangat hati-hati ia menjelaskan masalah mahram kepada Maria. Dengan bahasa halus ia meminta agar jika bisa Maria datang bersama ayah atau adiknya. Jadi seandainya berbincang atau berada dalam satu ruangan seperti itu ada mahram yang menemaninya. Bukan karena tidak percaya pada Maria tapi demi kedamaian jiwa. Aku diam saja. Sebab perlahan aku kembali merasakan kepalaku mulai bersenut- senut. Aku masih bisa mendengar Saiful menyitir beberapa sabda Rasul yang memberikan tuntunan cara berinteraksi pria dengan wanita. Batasan boleh dan tidaknya.
Aku juga mendengar pertanyaan Maria tentang boleh tidaknya perempuan menjenguk pria yang dikenalnya yang sakit. Aku mendengar Saiful menjawab boleh, mendasarkan jawabannya bahwa Imam Bukhari dalam kitab shahihnya secara khusus menulis “Bab Perempuan Membesuk Lelaki”. Beliau mengatakan,
“Ummu Darda’ menjenguk seorang lelaki ahli masjid dari kalangan Anshar.” Dalam sebuah riwayat juga disebutkan bahwa ketika Ka’ab bin Malik Al Anshari sakit keras dan dekat dengan kematiannya, Ummu Mubasyir binti Al Barra bin Ma’rur Al Anshariyyah menjenguknya. Maka tidak ada masalah seorang perempuan menjenguk saudaranya yang lelaki selama masih menjaga adab kesopanan yang diajarkan Rasulullah.
Setelah itu aku tidak mendengar lagi apa yang mereka bicarakan. Aku kembali merasakan nyeri yang luar biasa dalam tempurung kepalaku. Aku mengaduh. Lalu semuanya terasa gelap.
* * *
Ketika aku sadar, aku tidak menemukan Saiful dan Maria. Yang ada di sisiku adalah Mishbah dan beberapa teman dari Nasr City yang kukenal baik. Ada Mas Khalid, Kang Kaji, Mas Junaedi, Sofwan, Iswan, Khalil, Bimo dan Chakim. Mereka semua tersenyum padaku meskipun aku menangkap guratan sedih dalam wajah mereka. Mereka mendekat satu persatu dan memelukku pelan sambil berbisik, “Syafakallah syifaan ajilan, syifaan la yughadiru ba’dahu saqaman.”84
Kutanyakan pada Mishbah jam berapa sekarang. Mishbah menjawab jam satu siang. Apakah ini hari Ahad? Mishbah menjawab iya. Aku minta pada Mishbah untuk menghubungi Syaikh Utsman. Rabu lalu aku sudah tidak datang. Aku minta Mishbah menjelaskan kondisiku pada beliau dan memohon agar beliau memberikan doanya. Mishbah keluar. Aku mencoba mengangkat tanganku. Tidak bisa juga. Rasanya seperti lumpuh. Aku meneteskan air mata. Aku belum berani bertanya sakit apa aku sebenarnya.
Aku minta pada Mishbah dan teman-teman agar tidak mengabarkan sakitku ini ke Indonesia. Aku merasa ingin buang air kecil. Aku katakan itu pada Mas Khalid. Mas Khalid mengambilkan pispot. Teman-teman yang lain keluar. Mas Khalid memasukkan pispot ke balik selimutku. Tangannya meraba tanpa membuka auratku dan berusaha aku bisa buang air kecil di dalam pispot. Aku tidak bisa membayangkan kalau dalam keadaan seperti ini yang ada di sampingku hanyalah Maria seperti tadi pagi. Apakah aku harus buang air kecil begitu saja di atas kasur seperti waktu aku masih bayi dulu, ataukah aku akan meminta tolong padanya untuk memasangkan pispot. Selesai buang air kecil, aku minta pada Mas Khalid mentayamumi aku.85 Tanganku sama sekali tidak bisa digerakkan.
84 Semoga Allah menyembuhkanmu secepatnya, dengan kesembuhan yang tiada sakit setelahnya.
85 Tayamum adalah bersuci dengan menggunakan debu sebagai ganti wudhu.
Lalu aku shalat dengan menggunakan isyarat mata dan tubuh terlentang tiada berdaya seperti seorang balita.
Teman-teman menemani sampai jam besuk habis. Tinggal Mishbah seorang yang tetap menunggui diriku. Mishbah memberi tahu habis maghrib, insya Allah, Syaikh Utsman Abdul Fattah akan datang. Aku meneteskan air mata, diriku telah menyusahkan banyak orang. Mishbah mengusap air mata yang meleleh dipipiku dengan tissue yang dibeli Maria, baunya wangi. Sambil menghiburku bahwa semuanya akan kembali seperti sedia kala, aku akan sembuh dan sehat kembali serta bisa main bola lagi. Saiful datang membawa bantal. Ia bilang sejak sekarang ia dan Mishbah akan menjagaku berdua. Tidur dan istirahat bergantian di dalam kamar kelas satu ini. Memang di kamar yang tidak terlalu luas ini hanya aku seorang pasiennya. Aku tidak tahu bagaimana nanti membayar ongkosnya. Kepalaku terasa berat lalu nyeri dan semuanya kembali terasa gelap.
Dalam gelap aku tidak tahu berada di alam apa. Tiba-tiba aku berjumpa dengan orang yang kurus dan bercahaya wajahnya, orang yang belum pernah aku berjumpa dengannya. Dia mengenalkan dirinya sebagai Abdullah bin Mas’ud. Aku tersentak kaget. Abdullah bin Mas’ud adalah satu-satunya sahabat, yang Baginda Nabi ingin mendengar bacaan Al-Qur’an darinya. Abdullah bin Mas’ud adalah Guru Besar Tafsir dan Qiraah di kota Kufah. Imam-imam besar dari kalangan tabiin banyak yang belajar membaca Al-Qur’an darinya. Abdullah bin Mas’ud tersenyum padaku serta merta aku mencium tangannya, ia menyambutku dan memeluk diriku. Aku bisa berdiri, aku tidak lumpuh. Ibnu Mas’ud membisikkan syafakallah ke telingaku. Aku mencium bau harum dari jubah dan tubuhnya.
Beliau melepaskan pelukannya dan memintaku membaca Al Baqarah. Aku membacanya dengan hati bahagia. Beberapa kali dia membetulkan bacaanku. Aku membaca sampai akhir Al Baqarah. Abdullah bin Mas’ud memintaku berhenti. Abdullah bin Mas’ud mencium keningku dan hendak pergi. Aku menahannya. Aku katakan aku ingin menanyakan sesuatu padanya. Beliau tersenyum dan menyilakan aku bertanya.
Aku tanyakan padanya, “Apakah benar riwayat yang mengatakan Anda tidak mengakui mushaf Utsmani?”
Abdullah bin Mas’ud tersenyum padaku dan berkata dengan suara yang sangat berwibawa,
“Yang tidak mengakui mushaf Utsmani dan tidak suka dengannya adalah orang-orang munafik dan orang-orang yang memusuhi agama Allah. Mereka mencatut namaku untuk membela tujuan-tujuan mereka yang jahat. Apa yang ada di dalam mushaf Utsmani dari Al Fatihah sampai An Naas adalah wahyu yang diturunkan Allah melalui malaikat Jibril kepada Baginda Nabi. Tertulis utuh dan sempurna. Tidak berkurang dan tidak bertambah meskipun cuma satu huruf. Dan apa yang ada dalam mushaf Utsmani itulah yang aku ajarkan pada para tabiin dan mereka mengajarkan pada murid-muridnya. Begitu seterusnya hingga sampai kepadamu dan kepada jutaan umat Muhammad di seluruh penjuru dunia. Al- Qur’an terjaga keasliannya. Memang akan selalu ada orang-orang jahat yang berusaha meragukan kebenaran dan merusak kesucian Al-Qur’an. Namun ketahuilah usaha mereka akan sia-sia. Sebab Allah sendiri yang akan menjaga keutuhan dan kesuciannya sampai hari akhir. Dan orang-orang pilihan Allah di dunia ini adalah mereka yang disebut Ahlul Quran. Orang-orang yang hatinya selalu terpatri pada Al-Qur’an, mengimani Al-Qur’an, dan berusaha mengajarkan dan mengamalkan isi Al-Qur’an dengan penuh keikhlasan.”
Sahabat nabi, Abdullah bin Mas’ud tersenyum. Aku pun tersenyum. Aku ingin ikut dengannya, tapi beliau tidak memperbolehkannya. Aku lalu titip padanya salam sejahtera, rasa cinta dan rasa rindu tiada terkira untuk Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sahabat nabi itu lalu meninggalkan diriku. Semakin lama semakin jauh. Mengecil. Menjadi titik. Dan hilang. Aku merasa kehilangan dan sedih. Mataku basah.